MAKALAH
TENTANG PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN RADANG USUS BUNTU / APPENDICITIS
DISUSUN
OLEH :
MOHAMAD AMINUDIN (12080122)
MOHAMAD ARIFIN (12080123)
TEGUH HANDOYO (12080134)
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
TUJUAN PENULISAN
....................................................................................1
B.
LATAR BELAKANG .......................................................................................1
C.
RUMUSAN MASALAH ...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
USUS BUNTU
·
DEFINISI...............................................................................................3
B.
PENYAKIT RADANG USUS BUNTU
·
DEFINISI ...............................................................................................3
·
PENYEBAB ..........................................................................................4
·
TANDA DAN CIRI – CIRI .....................................................................4
·
GEJALA ................................................................................................5
·
PEMERIKSAAN DIAGNOSA ...............................................................6
·
PENANGANAN DAN PENGOBATAN .................................................7
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN .................................................................................................8
B.
SARAN ............................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiwa mengetahui definisi penyakit r usus buntu (
Appendicitis ).
2. Mahasiswa mengetahui penyebab penyakit usus buntu.
3. Mahasiswa mengetahui pencegahan penyakit usus buntu.
4. Mahasiswa mengetahui bahayanya penyakit usus buntu.
B.
LATAR BELAKANG
Sebelum dibahas lebih jauh mengenai radang usus buntu yang dalam bahasa
medisnya disebut Appendicitis, maka lebih dulu harus difahami apa yang dimaksud
dengan usus buntu. Usus buntu, sesuai dengan namanya bahwa ini merupakan
benar-benar saluran usus yang ujungnya buntu. Usus ini besarnya kira-kira
sejari kelingking, terhubung pada usus besar yang letaknya berada di perut
bagian kanan bawah.
Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, Organ
ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada
awalnya Organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi,
tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik
dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar
limfoid.
Seperti organ-organ tubuh yang lain, appendiks atau usus buntu ini dapat
mengalami kerusakan ataupun ganguan serangan penyakit. Hal ini yang sering kali
kita kenal dengan nama Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis).
C. RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah
yang dimaksud penyakit radang usus buntu?
2.
Apa
yang menyebabkan penyakit radang usus buntu?
3.
Bagaimanakah
gejala penyakit usus buntu?
4.
Bagaimanakah
pengobatan penyakit usus buntu?
5.
Bagaimanakah
pencegahan penyakit usus buntu?
BAB II
PEMBAHASAN
A. USUS BUNTU ( APPENDIK FERMIFORMIS)
·
DEFINISI
Usus buntu (Appendik), sesuai dengan namanya bahwa ini merupakan benar-benar saluran usus yang
ujungnya buntu. Usus ini besarnya kira-kira sejari kelingking, terhubung pada
usus besar yang letaknya berada di perut bagian kanan bawah.
Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, Organ
ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada
awalnya Organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi,
tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik
dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar
limfoid.
B. PENYAKIT RADANG USUS BUNTU ( APPENDICITIS )
·
DEFINISI
Peradangan atau pembengkakaan yang
terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak
sempurna pada usus buntu (appendiks) akibat adanya tekanan, akhirnya usus buntu
mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak
mendapatkan makanan lagi.
Pembusukan usus buntu ini
menghasilkan cairan bernanah, apabila tidak segera ditangani maka akibatnya
usus buntu akan pecah (perforasi/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri
menyebar ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu
infeksi dinding rongga perut (Peritonitis).
·
PENYEBAB
Penyakit radang usus buntu ini
umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa
kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di
antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks
oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran)
jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer
primer dan striktur.
Diantara beberapa faktor diatas,
maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah
faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid.
Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk
berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin
sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering
kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau
jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan
menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya
pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada
bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi
media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang
menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.
Seseorang yang mengalami penyakit
cacing (cacingan), apabila cacing yang beternak didalam usus besar lalu
tersasar memasuki usus buntu maka dapat menimbulkan penyakit radang usus buntu.
·
TANDA DAN CIRI –CIRI
Ø Nafsu makan menurun.
·
GEJALA
Gejala usus
buntu bervariasi tergantung stadiumnya;
1.
Penyakit
Radang Usus Buntu akut (mendadak).
Pada kondisi ini gejala yang
ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat
berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan
menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau
mual-muntah saja.
2.
Penyakit
Radang Usus Buntu kronik.
Pada stadium ini gejala yang timbul
sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah
sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai
dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke
perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu
nyeri pd titik Mc Burney (istilah kesehatannya).
Penyebaran
rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri
terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter,
nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada
gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul
pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang
lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.
·
PEMERIKSAAN DIAGNOSA
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosa adanya penyakit
radang usus buntu (Appendicitis) oleh Pasiennya. Diantaranya adalah pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology ;
1.
Pemeriksaan
fisik.
Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
2.
Pemeriksaan
Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
3.
Pemeriksaan
radiologi.
foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.
foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.
·
PENANGANAN DAN PENGOBATAN
Bila diagnosis sudah pasti, maka
penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah
operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa kemungkinan
pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat
kekambuhannya mencapai 35%.
Pembedahan dapat dilakukan secara
terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus
diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka
operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang
terkontaminasi dll.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. penyakit radang usus buntu (
appendicitis ) adalah Peradangan atau pembengkakaan yang
terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak
sempurna pada usus buntu (appendiks) akibat adanya tekanan, akhirnya usus buntu
mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak
mendapatkan makanan lagi.
b. Penyebab utama yang paling sering ditemukan dan
kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan
hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi
media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam
tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman
Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat
pada peradangan usus buntu.
B. SARAN
a. Hendaknya
jangan memakan cabai dan jambu klutuk beserta bijinya. Karena memakan cabai bersama bijinya atau
jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan
menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asing,
b. Begitu pula jangan
membiarkan masalah buang air besar karena bila terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu
lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang
pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai
infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.