FARMASI POLITEKNIK TEGALinfo_cweh imitasi

Sunday, 19 May 2013

Antibiotika Poltek

08:56

Share it Please


ANTIBIOTIKA HARBER


         DEFINISI
         Kemoterapi :
      terapi mengunakan obat – obat kimiawi untuk memberantas penyakit infeksi yg disebabkan mikroorganisme : bakteri, fungi, virus, protozoa, sel – sel kanker (obat sitostatika), termasuk juga dalam golongan ini adalah obat cacing.
         Antibiotik :
      zat – zat kimia yang (dihasilkan oleh fungi & bakteri), memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
         KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA
I.         Berdasarkan mekanisme kerja, aktivitas antibiotik, dibagi :
1.  Bakterisid, yaitu antibiotik yang pada dosis biasa berkhasiat mematikan kuman (bakteri).
1.1.   bekerja pada fase tumbuh
                contoh : gol. Beta laktam (penisilin,        sefalosporin), gol. Polipeptida (polimiksin, basitrasin); rifampicin;  asam nalidiksat, dan         gol. Kinolon.
1.2.   bekerja pada fase istirahat
                contoh : gol. Aminoglikosida, nitrofurantoin,   INH, kotrimoksazol.
         KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA
2.  Bakteriostatis, yaitu antibiotik yang pada dosis biasa berkhasiat menghentikan / menghambat pertumbuhan dan perbanyakan kuman, pemusnahan kuman dilakukan oleh sistem imun dari tubuh sendiri (inang/hospes) dg jalan fagositosis (dimakan oleh limfosit).
         contoh obat :  sulfonamid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida,        linkomisisn, asam fusidat, PAS (p-aminosalisilat).
         KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA
II.        Berdasarkan luas aktivitasnya
1.      Antibiotik spektrum sempit (narrow-spectrum) yaitu antibiotika yang aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, contoh : penisilin G & V, eritromisin, klindamisin, kanamisin, asam fusidat (hanya bekerja terhadap kuman gram-positif); streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, dan asam nalidiksat (hanya aktif terhadap bakteri gram negatif)
2.      Antibiotik spektrum luas (broad-spectrum), yaitu antibiotik yang bekerja terhadap lebih banyak jenis kuman baik bakteri gram positif maupun gram negatif. Contoh obat : sulfonamida, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasikiln, rifampisin.
         KLASIFIKASI BAKTERI
         Pengolongan bakteri yang mempunyai makna (manfaat) dalam poses terapi adalah pengolongan menurut dr. Gram, secara garis besar bakteri dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
       Bakteri gram positif : yaitu bakteri dengan struktur dinding sel tertentu sehingga memberikan warna (positif) terhadap pengecatan gram
       Bakteri gram negatif : yaitu bakteri dengan struktur dinding sel tertentu yang negatif terhadap pengecatan gram.
         MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA
1.  Penghambatan sintesis dinding sel
           jika sintesis dinding sel terganggu maka dinding sel menjadi kurang sempurna & tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel shg terjadi kerusakan dinding sel kuman, akibatnya pecah/lisis.
           contoh obat : penisilin, sefalosporin, basitrasin, sikloserin, vankomisin.
2.  Penghambatan fungsi membran sel
           molekul lipoprotein di dalam dinding sel yg semi permeabel diganggu sintesisnya shg menjadi lebih permeabel. Akibatnya zat-zat penting (isi sel) dapat merembes keluar maka sel rusak / mati.
           contoh obat : polimiksin, polien (nistatin, amfoterisin B), azol / imidazol (mikonazol, ketokonazol, klotrimazol).
         MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA
3.        Penghambatan sintesis protein sel
           sintesis protein bakteri di ribosom diganggu oleh antibiotik dg berbagai cara.
           contoh obat : aminoglikosida, tetrasiklin,  makrolida (eritromisin), kloramfenikol,  linkomisin.
4.  Penghambatan sintesis asam nukleat / asam inti (DNA, RNA).
           contoh : rifampisin berikatan dg enzim polimerase-RNA shg menghambat sintesis RNA & DNA oleh enzim tsb.
5.  Penghambatan metabolisme sel bakteri (antagonisme kompetitif).
           antibiotik menyaingi zat-zat penting untuk metabolisme kuman shg pertukaran zatnya terhenti, dihasilkan efek bakteriostatik.
           contoh : sulfonamid, trimetoprim, PAS, INH, pirimetamin.
         PEMILIHAN ANTIBIOTIKA
         Jika harus dipilih beberapa obat antibiotika yang mempunyai aktivitas dan sifat farmakokinetik kurang lebih sama maka dipilih obat dengan pertimbangan :
1.  Antibiotik bakterisid lebih dipilih daripada bakteriostatik
2.  Antibiotik dengan daya penetrasi kuat ke dalam organ atau CCS lebih disukai karena obat lebih mudah diserap ketempat infeksi, contoh obat dg penetrasi baik ke dalam jaringan : amoksisilin, linkomisin, rifampisin. Spiramisin berpenetrasi baik khusus ke dalam jaringan mulut dan tenggorokan. Sulfonamid, kloramfenikol, rifampisin, adalah obat dg penetrasi baik ke dalam CCS shg menjadi pilihan utama pd meningitis.
3.  Antibiotik dengan pemakaian 1-2 kali sehari lebih disukai dari pada 3-4 kali sehari (meningkatkan kepatuhan minum obat).
4.  Antibiotik yang terikat protein plasma rendah lebih diutamakan, karena prosentase obat bebas besar shg yg didistribusikan ketempat infeksi juga besar.
         PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT
1.  Dosis obat dipilih yg tinggi hingga kadar obat di tempat infeksi melampui MIC (Minimum Inhibitory Concentration) untuk kuman.
2.  Frekuensi pemakaian tergantung t½ obat (ukuran kecepatan eliminasi). Antibiotik dg t½ pendek, pemberiannya sampai 5x sehari, sedangkan obat dg t½ panjang, pemberiannya 1x sehari bahkan 1x seminggu.
3.  Lama  terapi dg kemoterapetik harus cukup panjang untuk menjamin semua parasit mati &
           menghindarkan kambuhnya penyakit, biasanya terapi terus dilanjutkan 2-3 hari setelah gejala hilang, untuk lepra dan tbc sering kali butuh waktu bertahun-tahun.
         EFEK SAMPING ANTIBIOTIK
         Pengunaan antibiotika yang tidak tepat skema penakarannya dapat menggagalkan terapi dan menimbulkan efek samping sbb :
1.  Resistensi sel bakteri : suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh antibiotik. (resistensi primer, sekunder, episomal, & resistensi silang).
         Bahaya resistensi bakteri : pengobatan infeksi lebih sulit, lama sakit bertambah, komplikasi, kematian meningkat.
         Pencegahan resistensi bakteri :
        a.     dosis obat relatif tinggi (dibanding dosis efektif      minimal), selama waktu agak singkat, sbg ganti kur panjang tanpa   istirahat. Bila mungkin, lama terapi maksimal 5 hari.
        b.     penggunaan kombinasi (2 / lebih antibiotika), terutama pd    TBC, lepra, kanker.
        c.     pembatasan penggunaan antibiotika hanya untuk penyakit   infeksi parah (karena kuman berbahaya) & tidak untuk     membasmi kuman biasa (mis : sakit tenggorokan, radang   telinga luar).
MEKANISME RESISTENSI.
Ada 5 mekanisme resistensi kuman thd AM yi :
         perubahan tempat kerja (target site) obat pd mikroba;
         mikroba menurunkan permeabilitasnya shg obat sulit masuk ke dlm sel;
         inaktivasi obat oleh mikroba;
         mikroba membtk jalan pintas utk menghindr tahap yg dihambat oleh AM;
         meningkatkan produksi enzim yg dihambat oleh AM.
         EFEK SAMPING ANTIBIOTIK
2.  Sensitasi
         antibiotik menjadi lebih peka setelah dipakai topikal shg pasien menjadi hipersensitif. Bila antibiotik yg sama digunakan sistemik (p.o. / parenteral) terjadi alergi (gatal, kemerahan, bentol, demam, kelainan darah, shock anafilaktis, fatal !).
         Pencegahan sensitasi : jangan menggunakan antibiotik tertentu (penisilin, kloramfenikol, sulfonamid) sbg BSO topikal (lotion, krim, salep).
         Contoh obat yg jarang menimbulkan sensitasi & banyak digunakan secara topikal : framisetin, fusidat, tetrasiklin.
         EFEK SAMPING ANTIBIOTIK
3.  Supra-infeksi
         infeksi sekunder dg parasit berlainan (parasit yg berubah patogenitasnya) yg timbul di atas infeksi primer.
         Penyebab supra infeksi : terapi antibiotik jangka lama; dosis antibiotik yg kurang; sistem imun pasien pengguna antibiotik terganggu;  karena penggunaan antibiotik spektrum luas sehingga mengganggu  keseimbangan antar bakteri di dalam usus, sal. nafas, & kemih. Kelompok mikroorganisme yg lebih kuat & resiten kehilangan saingan shg menjadi lebih dominan & terjadi infeksi baru.
         Contoh obat yang menimbulkan supra-infeksi : ampisilin, kloramfenikol, tetrasiklin.
         Gejala supra infeksi : stomatitis; radang saluran nafas, usus, saluran kencing; infeksi kulit & kandidiasis, bahkan diare.
         Pencegahan supra infeksi : awasi adanya gejala supra infeksi, pemberian antibiotik spektrum sempit lebih dianjurkan dari pada spektrum luas, waktu penggunaan antibiotik sebaiknya ≥ 1 minggu  dg dosis rasional.
         EFEK SAMPING ANTIBIOTIK
4.  Toksisitas antibiotik yg langsung pd organ.
         Beberapa antibiotik menimbulkan kerusakan pd organ tertentu.
         Tabel : toksisitas organ yg ditimbulkan oleh beberapa antibiotik & hal-hal yg perlu diwaspadai.
         Lanj. Tabel
         Lanj. tabel
         EFEK SAMPING ANTIBIOTIK
5.  Alergi &/ hipersensitifitas.
         Antibiotik dianggap sebagai antigen / alergen oleh tubuh, shg tubuh membentuk antibodi (IgE) yg berikatan dg antigen tsb.
           Ikatan Ag-Ab tsb mengikatkan diri pd mast cels (a.l. di mata , hidung, sal. nafas, & kulit) & kelamaan mast cels pecah (degranulasi) serta melepaskan mediator (a.l. histamin) dg akibat : ruam kulit, urtikaria, pruritus, bronkokonstriksi, udema, hipersekresi mukus. Apabila pelepasan mediator tsb secara menyeluruh (general release) maka dapat terjadi syok anafilaktik, dg gejala : kolaps vaskuler, udema larings, bronkospasme & henti jantung bahkan kematian). Contoh obat yg sering menimbulkan syok anafilaktik : injeksi penisilin (± 20 menit sesudah injeksi).
         EFEK SAMPING ANTIBIOTIK
         Lanj. Alergi
         Cara menangani alergi / hipersensitifitas antibiotika :
1.  Mengkaji riwayat alergi obat dg cermat, bila perlu lakukan uji kepekaan obat.
2.  Segera hentikan penggunaan obat bila ada gejala alergi ringan/berat.
3.  Gejala alergi ringan diatasi dg pemberian antihistamin / kortikosteroid (p.o.).
4.  Syok anafilaktik diatasi dg :
       pemberian injeksi adrenalin i.m., diulang tiap 5 menit sampai ada perbaikan TD & denyut nadi).
       Pemberian O2 dan antihistamin (klorfeniramin) i.v.
         Pada anafilaktik parah / berulang kali dianjurkan pemberian injeksi hidrokortison i.m. / i.v.
         PENGGUNAAN KOMBINASI ANTIBIOTIK
         Pada umumnya penggunaan kombinasi antibiotik tidak dianjurkan tetapi beberapa kombinasi dapat bermanfaat, yaitu :
       Infeksi campuran                     : (basitrasin + polikmiksin), BSO topikal.
       Untuk memperoleh potensiasi        : (sulfamotoksazol + trimetropin = kotrimoksazol)
       Untuk mengatasi resistensi             : (amoksisilin + asam- Klavunolat)
       Untuk menghambat resistensi        : khususnya pada infeksi menahun TBC (rifampisin + INH + ethambutol)
       Untuk mengurangi toksisitas   : (trisulfa = sulfadiazin, sulfamerazin, sulfametazin, dan sitostatika).
         ANTAGONISME & SINERGISME
         Pada umumnya penggunaan kombinasi antibiotik dari berbagai kelompok menghasilkan potensiasi/adisi (sinergisme) tetapi dapat juga menimbulkan antagonisme (penurunan / peniadaan efek terapi).
         Contoh adisi : kombinasi penisilin dan sulfa.
         Contoh antagonisme : kombinasi penisilin / sefalosporin dengan tetrasiklin / kloramfenikol, hal ini karena penisilin/sefalosporin aktif ketika bakteri tumbuh (bakterisid) sedangkan tetrasiklin/kloramfenikol merupakan bakteriostatik.

         PENGGOLONGAN ANTIBIOTIKA
         Penisilin & sefalosporin
         Tetrasiklin & kloramfenikol
         Aminoglikosida
         Antibiotik lain : makrolida, eritromisin
         Sulfonamida dan Quinolon

1 comments:

 
Selamat datang di blognya Cweh Imitasi...Materi mengenai farmasi saya rangkum disini... Terima kasih telah berkunjung.. Semoga Bermanfaat!!!!!