FARMASI POLITEKNIK TEGALinfo_cweh imitasi

Wednesday, 29 May 2013

PEMBUATAN ALKOHOL DENGAN METODE FERMENTASI TAPE KETAN


KIMIA ORGANIK
                                    KELOMPOK 1
1.MOH.AMINUDIN                                        12080122
2.NISA SEPTI KURNIA FAHMI                     12080125
3.SUPRIYATNA                                                         12080133
4. UMI ASTUTI                                               12080136
Praktikum 7
PEMBUATAN ALKOHOL DENGAN METODE FERMENTASI

MEMPERSEMBAHKAN….

PEMBUATAN TAPE KETAN
1. TUJUAN
a. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan alkohol dengan metode fermentasi
b. Mahasiswa memahami dan mampu     melakukan pembuatan alkohol dengan metode fermentasi
c. Mahasiswa mampu menganalisa proses pembuatan alkohol pada fermentasi Tape Ketan.
2.LANDASAN TEORI
                         Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
                        Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
                        Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.
3. ALAT DAN BAHAN
a. ALAT
            1.      Panci
            2.      Kompor
            3.      Toples
            4.      Bakul
            5.      Sendok
            6.      Nampan
            7.      Centong
b. BAHAN
1.      ½ kg beras ketan
2.      Air
3.      3 keping  ragi tape
4.      Plastik pembungkus
4. CARA PEMBUATAN
1. Cucilah beras ketan hingga bersih dengan menggunakan bakul.
2. Kemudian rendam beras ketan selama 24 jam.
3. Tiriskan beras ketan kemudian yang telah direndam, kemudiankukus hingga matang
4. Setelah matang taruh nasi ketan di atas nampan dan diamkan hingga benar-benar dingin.
5. Haluskan ragi tape hingga menjadi serbuk.
6. Taburkan ragi di atas nasi ketan yang benar-benar sudah dingin (jangan di taburkan saat nasi ketan masih panas) 
7. Bungkus nasi ketan yang telah di beri ragi dengan plastik
8. Letakkan di dalam toples, kemudian tutup rapat sehingga udara tidah masuk kedalam toples. 
9. Simpan selama 3-4 hari. Tape ketan siap di amati.
DOKUMENTASI
5. DATA PENGAMATAN
6. ANALISA DAN PEMBAHASAN
                        Setelah melakukan penelitian selama 3 hari tentang pembuatan tape ketan, kami dapat membahas bagaimana tape ketan dibuat, memaparkan faktor-faktor yang terlibat dalam pembuatan ataupun dalam proses fermentasi tape.
                        Fermentasi yang terjadi yaitu perubahan pati menjadi gula, dan oleh ragi gula dirubah menjadi alcohol, sehingga ketan menjadi lunak, berair, manis, dan berbau alcohol.proses fermentasi tersebut adalah:
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
                                    Dijabarkan sebagai
            Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP)
Warna agak kusam, rasanya lebih manis dan aroma berbau alkohol. Bakteri  yang berperan dalam proses fermentasi ini adalah bakteri saccharomyces cerivisiae, bakteri ini dapat merubah karbohidrat menjadi alkohol, dan karbon dioksida. Dalam fermentasi tape ketan terlibat beberapa mikro organisme yang disebut dengan mikrobia perombak pati menjdi gula yang menjadikan tape pada awal fermentasi terasa manis.yang menyebabkan tape ketan berubah menjadi alkohol karena adanya bakteri actobakter aceti (mengubah alcohol menjadi asam asetat).
                       

                        Pertumbuhan mikroorganisme selama proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
  1. Kebersihan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan supaya bakteri pada proses fermentasi tidak terganggu.
  2. Tingkat kematangan pada pengukusan beras ketan.
  3. Perbandingan antara beras ketan dan ragi berpengaruh pada hasil / cepat lambatnya proses fermentasi.
  4. Kualitas ragi juga berpengaruh pada hasil fermentasi. Jika ragi tidak menghasilkan bakteri maka fermentasi tidak akan terjadi. Begitu pula pada ragi yang di simpan lama bisa terjadi penurunan kualitas ragi.
  5. Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 300C untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bila suhu kurang dari 300C pertumbuhan mikroorganisme penghasil asam akan lambat sehingga dapat terjadi pertumbuhan produk.
  6. Ketersediaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang digunakan . Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti biasanya membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung , sedangkan untuk bakteri-bakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung . Oleh karena itulah , proses fermentasi pada ketan yang tertutup rapat lebih cepat dibandingkan dengan ketan yang  terbuka.
7. KESIMPULAN
                        Setelah melakukan penelitian, ternyata kami dapat menyimpulkan bahwa :
  1. fermentasi yang terjadi pada tape ketan terjadi selama 3 hari.
  2. Selain itu juga, dalam proses pembuatan tape ini ada hal-hal yang harus diperhatikan supaya proses fermentasi tersebut berlangsung secara sempurna.
  3. Selama proses fermentasi tidak memerlukan oksigen. Oleh karena itulah, proses fermentasi pada ketan yang tertutup rapat lebih cepat dibandingkan dengan ketan yang terbuka.
  4. Lamanya proses fermentasi juga mempengaruhi kadar alcohol yang dihasilkan.
  5. Dalam setengah kilo beras ketan menghasilkan +  300 ml air perasan tape ketan yang mengandung alkohol.
8. SARAN
Saran yang dapat penyusun sampaikan untuk praktikum-praktikum selanjutnya yaitu diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memperhatikan bagaimana pembuatan tape tersebut supaya pembuatan tape tersebut berlangsung sempurna.
Diharapkan kepada dosen pengampu untuk menjelaskan tugas praktikum lebih detail lagi.
Sebenarnya proses pembuatan alkohol belum selesai, ada 1 proses terakhir yang belum dilakukan, yaitu proses destilasi untuk memperoleh alkohol dengan kemurnian yang tinggi. Dikarenakan ketersediaan alat. Maka dari itu sebaiknya praktikum dilaksanakan di dalam lab. Trimakasih...........
9. DAFTAR PUSTAKA
TERIMAKASIH

13 comments

Tuesday, 21 May 2013

MAKALAH TENTANG PENYAKIT RADANG USUS BUNTU



MAKALAH TENTANG PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN RADANG USUS BUNTU / APPENDICITIS




DISUSUN OLEH :
 MOHAMAD AMINUDIN (12080122)
MOHAMAD ARIFIN (12080123)
TEGUH HANDOYO (12080134)

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2013



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A.   TUJUAN PENULISAN ....................................................................................1
B.   LATAR BELAKANG .......................................................................................1
C.   RUMUSAN MASALAH ...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.   USUS BUNTU
·         DEFINISI...............................................................................................3
B.   PENYAKIT RADANG USUS BUNTU
·         DEFINISI ...............................................................................................3
·         PENYEBAB ..........................................................................................4
·         TANDA DAN CIRI – CIRI .....................................................................4
·         GEJALA ................................................................................................5
·         PEMERIKSAAN DIAGNOSA ...............................................................6
·         PENANGANAN DAN PENGOBATAN .................................................7

BAB III PENUTUP
A.   KESIMPULAN .................................................................................................8
B.   SARAN ............................................................................................................8





BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN PENULISAN
1.    Mahasiwa mengetahui definisi penyakit r usus buntu ( Appendicitis ).
2.    Mahasiswa mengetahui penyebab penyakit usus buntu.
3.    Mahasiswa mengetahui pencegahan penyakit usus buntu.
4.    Mahasiswa mengetahui bahayanya penyakit usus buntu.

B. LATAR BELAKANG
Sebelum dibahas lebih jauh mengenai radang usus buntu yang dalam bahasa medisnya disebut Appendicitis, maka lebih dulu harus difahami apa yang dimaksud dengan usus buntu. Usus buntu, sesuai dengan namanya bahwa ini merupakan benar-benar saluran usus yang ujungnya buntu. Usus ini besarnya kira-kira sejari kelingking, terhubung pada usus besar yang letaknya berada di perut bagian kanan bawah.

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, Organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya Organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.




Seperti organ-organ tubuh yang lain, appendiks atau usus buntu ini dapat mengalami kerusakan ataupun ganguan serangan penyakit. Hal ini yang sering kali kita kenal dengan nama Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis).


C. RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah yang dimaksud penyakit radang usus buntu?
2.    Apa yang menyebabkan penyakit radang usus buntu?
3.    Bagaimanakah gejala penyakit usus buntu?
4.    Bagaimanakah pengobatan penyakit usus buntu?
5.    Bagaimanakah pencegahan penyakit usus buntu?




BAB II
PEMBAHASAN

A. USUS BUNTU ( APPENDIK FERMIFORMIS)
·        DEFINISI
Usus buntu (Appendik), sesuai dengan namanya bahwa ini merupakan benar-benar saluran usus yang ujungnya buntu. Usus ini besarnya kira-kira sejari kelingking, terhubung pada usus besar yang letaknya berada di perut bagian kanan bawah.
Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, Organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya Organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.

B. PENYAKIT RADANG USUS BUNTU ( APPENDICITIS )
·        DEFINISI
Peradangan atau pembengkakaan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna pada usus buntu (appendiks) akibat adanya tekanan, akhirnya usus buntu mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak mendapatkan makanan lagi.
Pembusukan usus buntu ini menghasilkan cairan bernanah, apabila tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu akan pecah (perforasi/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding rongga perut (Peritonitis).

·        PENYEBAB
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.
Seseorang yang mengalami penyakit cacing (cacingan), apabila cacing yang beternak didalam usus besar lalu tersasar memasuki usus buntu maka dapat menimbulkan penyakit radang usus buntu.




·        TANDA DAN CIRI –CIRI
Ø  Sakit perut, terutama dimulai di sekitar pusar dan bergerak kesamping kanan bawah.
Ø  Nafsu makan menurun.
Ø  Mual dan muntah.
Ø  Diarekonstipasi (sembelit), atau sering buang angin.
Ø  Demam rendah setelah gejala lain muncul.
Ø  Perut bengkak.
Ø  keram pada perut.

·        GEJALA
Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya;
1.    Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak).
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.

2.    Penyakit Radang Usus Buntu kronik.
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (istilah kesehatannya).

Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.


·        PEMERIKSAAN DIAGNOSA
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosa adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis) oleh Pasiennya. Diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology ;
1.    Pemeriksaan fisik.
Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.

2.    Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

3.    Pemeriksaan radiologi.
foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.

·        PENANGANAN DAN PENGOBATAN
Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.
Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi dll.















BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
a.    penyakit radang usus buntu ( appendicitis ) adalah Peradangan atau pembengkakaan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna pada usus buntu (appendiks) akibat adanya tekanan, akhirnya usus buntu mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak mendapatkan makanan lagi.
b.    Penyebab utama yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.

B. SARAN
a.    Hendaknya jangan memakan cabai dan jambu klutuk beserta bijinya. Karena memakan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asing,
b.    Begitu pula jangan membiarkan masalah buang air besar karena bila terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.
No comments

 
Selamat datang di blognya Cweh Imitasi...Materi mengenai farmasi saya rangkum disini... Terima kasih telah berkunjung.. Semoga Bermanfaat!!!!!